Hikmah Lanjut dari Dzikir: Qurb, Tenang, Fana, dan Ma'rifat
http://menujugaib.blogspot.com/2014/05/hikmah-lanjut-dari-dzikir-qurb-tenang.html
JALAN MENUJU ALLAH, KONSEP TASAWUF
4. Hikmah Lanjut dari
Dzikir: Qurb, Tenang, Fana, dan Ma'rifat
Kaum Sufi melaksanakan
dzikir dengan begitu asyik dan khusyu'nya karena merasakan keni'matan,
kelezatan dan kemanisan. Dengan berdzikir, mereka merasa begitu dekat dengan
Tuhannya (qurb), merasa tenang jiwanya, merasakan tidak ada sesuatupun bahkan
dirinya kecuali Allah (fana), dan memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki
(ma'rifat). Abu Sa'id Al-Harraz r.a. berkata: "Apabila Allah Ta'ala hendak mengangkat seorang hambanya menjadi
Wali dari hamba-hambanya yang lain, ia membuka kepadanya pintu dzikir, maka
apabila ia merasa lezat berzikir, dibuka kepadanya 'babul qurb', kemudian
diangkatnya ke Majlisul Uns (tenang bathin), kemudian ditempatkan dia di atas
kursi Tauhid, kemudian diangkat daripadanya hijab (penutup) dan lalu dimasukkan
dia ke dalam 'darul fardaniyyah', dan dibukakanlah kepadanya 'Hijabul jalali
wal'uzmati'. Apabila sampai pada 'jalali wal'uzmati', ia merasa tak ada lagi
yang lain, hanya Huwa (Dia) Allah, maka takala itu seorang hamba berada dalam
masa fana."
Adapun kejauhan dan
kedekatan seorang hamba dari Tuhannya bukanlah berarti kejauhan atau kedekatan
tempat dan waktu, tetapi sesungguhnya kejauhan atau kedekatan itu semata-mata
karena lupa atau ingat hati terhadap Allah.
Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.
Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini
sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat
kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam
diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya
dalam ruang yang lebih baik." (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh
Bukhari). "Guru Sufi berkata:
"Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh
dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau
denganNya."
Orang yang menjalankan
Thariqat-dzikir secara sungguh- sungguh tidak mempunyai rasa khawatir dalam
menjalani hidup, tidak waswas dalam menjalankan sesuatu kebenaran, dan tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain. Hati mereka tenang, jiwa mereka
tenteram.
Firman Allah SWT: "...
(yaitu) orang-orang yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan
dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang"
(Ar-Ra'd 28). Dengan menjalankan Thariqat-dzikir dan latihan-latihan Thariqat,
kaum Sufi merasakan kelezatan ibadah, merasakan makna- makna Qur'an yang mulia,
dan Sunnah yang suci, yang belum tentu dapat dirasakan oleh orang-orang
lainnya.
Sampai di tingkat tertentu
orang yang ber-thariqat-dzikir merasakan seluruh alam dan dirinya hancur lebur
masuk ke dalam Allah SWT. Pada saat ini orang tersebut berada dalam tingkat
yang fana. Firman allah dalam Al-Qur'an Surat Ar-Rahman ayat 26-27: "Semua yang ada akan fana binasa, yang
kekal adalah Tuhan sendiri yang Besar dan Maha Mulia."
Dzikrullah itu dapat
mengangkat seorang hamba yang mu'min dari bumi syahwat ke langit ma'rifat.
Rasulullah SAW bersabda "Tidak ada
seorangpun yang berkata Laa Ilaaha Illallah secara ikhlas dalam hatinya,
kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia bisa meninjau arasy."
Guru Sufi mengatakan: "dalam asma
yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang
tinggi)." Dalam tingkat ma'rifat ini hamba Allah dapat melihat segala
yang ajaib dan yang aneh-aneh dan segala rahasia yang besar dan kaifiat yang
agung serta hakikat. Imam Ghazali berkata: "Ma'rifat
itu berada di atas semua jalan dan wasilah yang penting dan besar. Yang
demikian itu adalah wasilah "Al-Kasyafful al-Bathini' atau 'Wasilatul
Ilham ar-Ruhi', yang membawa manusia kepada sifat-sifat yang baik, dan
membersihkan hati serta menjauhkan diri dari cara berpikir orang-orang
materialis."