Dzikir Membersihkan Hati
http://menujugaib.blogspot.com/2014/05/dzikir-membersihkan-hati.html
JALAN MENUJU ALLAH, KONSEP TASAWUF
3. Dzikir Membersihkan Hati
Membersihkan hati dan
menolak kehendak hawa nafsu yang keji itu fardlu 'ain hukumnya. Akan tetapi,
membersihkan hati itu sangat sukar karena penyakit hati (illat-illat) itu tidak
terlihat oleh mata tetapi dapat ditangkap dengan hati. Untuk menandingi
illat-illat tersebut harus ada Nur yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera
tetapi tertangkap oleh hati. Dengan Nur tersebut keluarlah manusia dari gelap
gulita ke terang benderang dengan izin Tuhannya.
Cara kaum Sufi membuang
penyakit hati tersebut adalah dengan riyadhah dan latihan-latihan yang antara
lain meliputi bertaubat, membersihkan Tauhid, taqarrub kepada Allah, mengikuti
Sunnah Nabi, memperbanyak ibadah, qiyamul lail, tidak memakan/meminum
makanan/minuman yang haram, tidak menghadiri tempat yang menambah nyala api
hawa nafsu, tidak melihat pemandangan yang haram, dan menahan diri dari ajakan
syahwat. Riyadhah dan latihan khusus kaum Sufi untuk membersihkan hati adalah
dengan DZIKRULLAH, berdzikir dengan menyebut nama Allah. Hal ini dilandaskan
pada Firman-firman Allah SWT dalam Al-Qur'an seperti: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-
Ku." (Al-Baqarah 152), "Wahai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak- banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan
petang", "Adapun orang laki-laki yang banyak berdzikrullah, demikian
juga orang-orang wanita, disedikan Allah baginya ampunan dan pahala yang
besar" (Al-Ahzab 35), dan "(yaitu)
orang-orang yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan
dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang"
(Ar-Ra'd 28). Landasan lain yang digunakan kaum Sufi adalah sabda-sabda Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi: "Bahwasanya
hati itu itu kotor seperti besi yang berkarat dan pembersihnya adalah
Dzikrullah", "Bagi setiap sesuatu ada alat pembersihnya, dan alat
pembersih hati adalah "DZIKRULLAH", dan "Jauhkanlah Syaithanmu itu dengan ucapan 'LAA ILAAHA ILLALLAH,
MUHAMMADUR RASULULLAH', karena syaithan itu kesakitan dengan ucapan kalimat
tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya
penunggang dan banjirnya muatan diatasnya", "Dzikir kepada Allah SWT,
jadi benteng dari godaan syaithan", dan "Allah berfirman 'LAA ILAAHA ILLALLAH adalah bentengKu. Barang
siapa mengucapkannya, masuklah ia kedalam bentengKu. Dan barang siapa masuk ke
dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabKu. (Hadist Qudsi)."
Pengertian umum dzikir
adalah mengingat Allah; dengan demikian, setiap ibadah (baik yang fardlu maupun
sunnat) seperti sholat, zakat, puasa, haji, baca Qur'an, da'wah, belajar,
berusaha, dll yang dilakukan semata atas nama Allah atau dengan mengingat Allah
adalah dzikir. Akan tetapi disamping melaksanakan hal-hal tersebut, kaum Sufi
melaksanakan Thariqat-dzikir secara khusus yang merupakan cara pembersihan ruh
pada sisi Allah (hati) secara Sufi, yaitu dengan menyebut LAILAA HA ILLALLAH
atau ALLAH baik sendiri-sendiri maupun berjamaah dengan "cara
tertentu."
Penulis tidak dapat
menyampaikan metode Dzikrullah tersebut oleh karena hanya Guru Sufi yang
mursyid dan murid-muridnya yang telah diberi "ijazah"lah yang
berwenang mengajarkan metode Tha- riqat-dzikir tersebut. Yang dapat penulis
sampaikan adalah bahwa para guru Sufi mengajar murid-muridnya mula-mula
berdzikir dengan lidah (dzikir zahar, dzikir dengan suara keras), kemudian
meningkat secara teratur kedzikir hati (dzikir khofi, dzikir yang tidak
bersuara karena didalam hati) yang awalnya disengajakan kemudian menjadi
kebiasaan, lantas meningkat lagi ke dzikir Sirri (dzikir di dalam hatinya
hati). Hamba Allah yang sudah mampu berdzikir sirri ini tidak akan pernah
terputus dzikirnya meskipun ia terlupa berdzikir. Sementara itu, sang guru pun
membantu muridnya yang sedang dalam keadaan salik untuk menundukkan dan
mengalahkan hawa nafsunya.
Ulama-ulama Sufi berkata:
"Apabila murid-murid mengucapkan dzikir LAA ILAAHA ILLALLAH dengan
memusatkan perhatiannya secara bulat kepadaNya, maka terbuka segala tingkat
ajaran Thariqat dengan cepat, yang kadang-kadang terasa dalam tempo satu jam,
yang tidak dapat dihasilkan dengan ucapan kalimat lain dalam tempo satu bulan
atau lebih.
Dengan berdzikir yang
dilakukan secara khussu' dengan bimbingan Guru Sufi yang mursyid, murid dapat
membersihkan cermin hatinya dari sifat-sifat yang rendah secara dikit demi
sedikit. Dalam masa itu, menyesallah sang murid atas dosa-dosa yang
dilakukannya sehingga ia mencucurkan air mata dan berkehendak memperbaiki
tingkah lakunya. Ia tidak rela untuk berada lagi dalam kelupaan dan kemaksiatan
dengan mengikuti hawa nafsunya. Ia bertobat dan minta ampun dan mengikuti
petunjuk Tuhannya. Maka cermin hatinyapun mulai dapat menerima dan memancarkan
Nur Illahi yang kemudian merasuk keseluruh tubuhnya dan mempengaruhi segala
ucapan, tingkah laku, dan perbuatannya dengan segala keutamaan.