Sasaran Strategis Syaithan adalah Hati (Qalb)
http://menujugaib.blogspot.com/2014/05/sasaran-strategis-syaithan-adalah-hati.html
JALAN MENUJU ALLAH, KONSEP TASAWUF
2. Sasaran Strategis Syaithan adalah Hati (Qalb)
Hati merupakan inti dari
manusia. Hatilah, dan bukan akal, yang menggerakkan seluruh anggota badan. Hati
pulalah yang menghubungkan manusia dengan Khaliknya, Allah SWT.
Firman Allah
dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumar 17-18: "Bahwa
Allah itu tidak melihat kepada rupamu, akan tetapi melihat kepada bathinmu."
Rasulullah SAW bersabda: "Bahwa
dalam badan anak Adam itu ada segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik,
baiklah seluruh badan anak Adam itu. Apabila gumpalan darah itu rusak, rusaklah
seluruh badan anak Adam itu. Perhatikanlah, bahwa yang dimaksud itu adalah
hati."
Peranan hati itu demikian
penting karena didalamnya Allah Ta'ala menaruh Nur yang bersifat Al-Latifah
(Kelembutan), Ar- Rabbaniyah (Ketuhanan), dan Ar-Rohaniyah (Kerohanian). Dengan
Nur itulah manusia dapat memperoleh ma'rifat. Apabila manusia menyelam ke dalam
dirinya dan terus menerus kembali kepada hatinya, terpancarlah baginya mata air
ilmu yang disebut "Ilmu Laduniah". Al-Bazari berkata: "Dalam
hati itu terdapat sifat 'Al- Latifah', 'Ar-Rabbaniyah', dan 'Ar-Rohaniyah' yang
bersangkutan dengan tubuh manusia. Itulah hakikat insan dan itulah yang dapat
mencapai arif, tempat Nur yang ditaruh Tuhan padanya." Sedangkan Abdul
Qadir Al-Jaelani berucap: "Hati itu tempat ilmu hakikat karena 'latifatur
Rabbaniyyah' yang mengatur bagi sekalian anggota badan. Hati itu alat penembus
hakikat..."
Sadar sesadar-sadarnya akan
pentingnya peranan hati ini dalam diri manusia, syaithanpun menyerang manusia
dari sasaran strategis ini, hati. Syaitan menutupi hati manusia agar hati
tersebut tidak dapat menerima Nur Illahi. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jikalau tidak bahwa syaithan-syaithan itu menutupi hati anak Adam,
sungguh orang-orang yang mu'min itu melihat kepada langit malakut dan
buminya." Syaithan menutup hati manusia itu dengan mengembangkan 'nafsul-ammarah
bissu' (nafsu yang membawa kejahatan) yang memang sudah ada pada diri manusia.
Hawa- nafsu itu mendorong pada tindak kejahatan dan pemenuhan kesenangan
pribadi dan syahwat nalurinya. Para guru Tasawwuf mengatakan bahwa syaithan
memasuki hati dalam badan manusia melalui sembilan lubang ya'ni kedua mata,
kedua lubang telinga, kedua lubang hidung, lubang mulut, dan kedua lubang
kemaluan.
Hati manusiapun menjadi
buta. Abdul Qadir Al-Jaelani mengatakan bahwa penyebab yang membutakan hati itu
adalah diantaranya jahil atau tidak sefaham tentang hakikat perintah Tuhan.
Manusia menjadi jahil apabila jiwanya sudah dikuasai oleh sifat jiwa zalim,
yang ditanamkan oleh syaithan lewat hawa nafsu manusia, seperti: syirik, zinna,
takabur, irihati, dengki, kikir, melihat diri lebih utama, suka membuka rahasia
orang lain, suka membawa berita adu domba, bohong, dusta, dan semacamnya yang
dapat menjatuhkan manusia ke dalam lembah kehancuran dan kehinaan.
Butanya hati adalah
sesungguh-sungguhnya buta manusia. Demikian Allah berfirman dalam Al-Qur'an
Surat Al-Haj ayat 46 berbunyi: "...
Karena sesungguhnya yang disebut buta itu bukanlah buta matanya, melainkan buta
hatinya yang letaknya di dalam dada." Sifat jiwa yang zalim yang
menyebabkan butanya hati tersebut adalah suatu penyakit yang apabila tidak
segera diobati akan berakselerasi atau beranak-pinak. Hal ini ditandaskan oleh
Allah SWT dalam FirmanNya di dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 9: "Dalam hati orang-orang kafir itu ada
penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan bagi mereka siksa yang pedih,
karena mereka berdusta" dan Surat At-Taubah ayat 125: "Dan adapun bagi orang-orang yang dalam
hatinya ada penyakit, maka bertambah kotorlah di atas kotorannya serta mereka
meninggal dunia dalam keadaan kafir."
Demikian berbahayanya
penyakit hati yang dihembuskan syaithan lewat hawa nafsu manusia ini sehingga
Rasulullah SAW menyatakan jihad akbar melawan hawa nafsu ini. Hal ini dapat
dilihat dari sabda-sabda beliau seperti: "Jihad
yang paling utama adalah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya"
(Bukhari dan Muslim), "Musuhmu yang
paling berbahaya adalah nafsumu yang terletak diantara lambungmu", dan
"Kami kembali dari jihad kecil ke
jihad besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu" (yang diucapkan sekembalinya
dari Perang Badr yang akbar itu). Berjuang melawan musuh yang dzahir ada
kesudahannya tetapi berjuang melawan syaithan dan hawa nafsu tidak ada
habis-habisnya dan tidak berkesudahan hingga akhir hayat atau hari qiamat.